Berkali-kali kita ditimpa berbagai bencana, sejak tsunami hingga yang terakhir kemarin: gempa dan terbakarnya pesawat Garuda. Hal ini membuat kita merenungi apa sebetulnya yang sedang terjadi.
Jika kita meyakini bahwa seburuk apa pun kejadiannya, pada hakikatnya adalah demi kebaikan kita sendiri; maka sampailah pada kesimpulan bahwa kemungkinan akan muncul bencana yang lebih besar lagi. Bahwa semua rentetan bencana besar sekarang ini, bisa jadi untuk melatih kita agar –ketika datang yang lebih besar lagi– kita sudah siap lahir dan batin.
Bencana besar apa yang akan menimpa kita?
Belum ada yang mengabarkannya. Namun, salah satu hal terburuk yang mungkin terjadi adalah pandemi flu burung. Hingga kini, di Indonesia, 84 orang positif terjangkit, 64 orang diantaranya meninggal dunia. Demikian siaran Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 15 Februari 2007. Sementara WHO melaporkan di seluruh dunia sudah mencapai jumlah 277 kasus flu burung (terbanyak: 93 di Viet Nam), 168 diantaranya meninggal dunia (tertinggi di Indonesia).
Jika pandemi terjadi, seluruh kawasan akan lumpuh. Bisa saja pada setiap sektor kegiatan ada yang terjangkit dan harus dikarantina. Akan berkurang tenaga yang mengurus kelancaran listrik, air, makanan, bahkan rumah sakit. Semakin hari akan berkurang orang yang menjalankan roda kegiatan sehari-hari. Setiap yang sehat akan dibutuhkan tenaga dan keahliannya. Hingga sampai pada posisi di mana siapa pun yang sehat diharap memiliki kemampuan dasar untuk berbuat sesuatu bagi kelancaran aktivitas lingkungannya yang mulai lumpuh.
Blog ini merupakan buah dari kegalauan bahwa masyarakat kita tidak dilatih dan tidak terlatih untuk menghadapi situasi emergency. Sebagian besar dari kita masing-masing tidak tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Teman dari Eropa terheran: kalian hidup di kepulauan tapi ga bisa berenang? Juga, jarang yang tahu bahwa kalau terjadi kebakaran, cara terbaik untuk menyelamatkan diri adalah dengan merangkak. Hal-hal mendasar ini jelas bisa mengurangi jumlah korban dan memudahkan penyelamatan.Puluhan tahun lalu, hampir semua paham bagaimana memberi pertolongan pertama, setidaknya di Jakarta. Sesekali ketika sirene kota berbunyi, masing-masing juga tahu apa yang harus dilakukan, ke kelompok mana harus bergabung, ke mana anak-anak dan wanita harus berlindung.
Di blog ini diupayakan dimuat berbagai informasi yang berkaitan dengan pandemi dan persiapannya. Mudah-mudahan bermanfaat dan menambah inspirasi dalam menyiagakan diri dan lingkungan.[]
0 comments
Post a Comment